Kamis, 27 September 2012
Stop Pemanasan Global, Pakai Pendingin Hydrocarbon
Stop Pemanasan Global, Pakai Pendingin Hydrocarbon
RumahCom – Udara yang semakin panas karena global warming, membuat penggunaan penyejuk ruangan atau AC makin digemari. Ironisnya, banyak AC yang menggunakan pendingin (refrigerant) berbahan HCFC dan CFC yang justru mempercepat proses penipisan ozon dan pemanasan global.
Penipisan ozon dan pemanasan global dapat mengganggu perubahan iklim, merusak mata, menyebabkan kanker kulit, menurunkan kekebalan tubuh, dan lain-lain.
Bahan-bahan pendingin buatan atau syntetic refrigerant mengandung H (Hydro), C (Chloro), F (Fluoro) dan C (Carbon). Di Indonesia, pendingin sintetis ini lebih dikenal dengan istilah freon.
Bahan pendingin yang mengandung fluor (freon), antara lain:
R-12 atau CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang digunakan sebagai pendingin kulkas, dispenser air, dan AC Mobil.
R-22 atau HCFC (Hydro Chloro Fluoro Carbon) yang digunakan untuk penyejuk ruangan (AC)
R-134a atau HFC (Hydro Fluoro Carbon) yang digunakan pada kulkas, dispenser air, AC mobil, dan AC ruangan.
Kelemahan pendingin sintetis ini antara lain dapat merusak lapisan ozon, meyebabkan pemanasan global, serta beracun. Sejak 2007 lalu, pemerintah Indonesia secara tegas telah melarang penggunaan ketiga jenis refrigerant ini.
Melihat kondisi tersebut, para pecinta lingkungan hidup mulai menggalakkan penggunaan refrigerant hydrocarbon, sebagai pengganti freon.
Pada dasarnya hydrocarbon sama dengan gas LPG yang ada di rumah, hanya dalam bentuk yang masih murni dan tak berbau. Di Indonesia, Pertamina pun sudah mulai memproduksi pendingin berbahan hydrocarbon ini, yakni MUSIcool.
Refrigerant berbahan hydrocarbon dinilai ramah lingkungan juga hemat listrik. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan refrigerant hydrocarbon lebih hemat 50% dibanding freon. Hal ini membuat kinerja kompresor lebih ringan sehingga konsumsi listrik pun lebih hemat.
Di sisi lain, kelemahan hydrocarbon adalah sifatnya yang mudah terbakar, karena masuk dalam kelas A3 (flammable), dengan komposisi Propane, Normal Butane, dan Iso Butane. Untuk itu di beberapa negara dibuat standar keamanan, seperti British Standard BS 4434:1995 (Inggris), AS/NZS 1677.1/2:1998 (Australia dan Selandia Baru). dan SNI (Indonesia).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar